Quote of The Day

We weren't born to be a FOLLOWER but to be a LEADER

Kamis, 28 Maret 2013

Gak Jelas... haha

Menulis... menulis... Wowww... Luar Biasa.... ^^

Senja Menyapa

Apa yang kau lakukan ketika senja datang menyapa?
Karena senja kan senantiasa menyapa kita
Selama ruh masih bersemayam di jasad
Apa yang kau lakukan ketika berada dalam suatu masa?
Siang menjadi malam
Masa transisi
Masa dimana manusia telah bergulat dengan segala aktivitas duniawi
Berganti masa berkumpul di tengah keluarga
Masa rehat sejenak
Masa mencoba memuhasabahi diri
Atas segala aktivitas yang telah dilakukan
Apa yang kau lakukan, kawan?
 

Rabu, 19 September 2012

Bismillahirrahmanirrahim

20 September 2012

Hari ini, tanggal 20 September 2012, Rayhan Ihsan Laksana, putra pertamaku berusia 4 bulan 20 hari. Hal yang sangat menyenangkan ketika berada bersama Rayhan. 

Senin, 14 Desember 2009

I’m different, I’m unique

            Beranikah kamu berkata seperti itu? Karena sejatinya, setiap pribadi memang berbeda, setiap pribadi memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing. Hanya saja, banyak yang belum menyadarinya, termasuk diri ini. Senantiasa meratapi diri dengan kekurangan yang senantiasa tergambar jelas di depan mata tanpa menyadari bahwa dirinya memiliki potensi yang belum ia gali. Senantiasa meratapi nasib yang menurutnya kurang beruntung dibanding teman-temannya dan tidak ada harapan baginya hidup di dunia. Ia merasa tidak bermanfaat bagi siapa pun. Sebuah mindset yang sempit dan harus secepatnya dirubah.
Sebagai seorang muslim, tidak seharusnya berfikir seperti itu, seorang muslim harus senantiasa optimis dalam menghadapi kehidupan yang penuh liku. Karena hidup seorang muslim adalah sebuah anugerah dari Alloh dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, di dunialah tempat seorang manusia mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupannya yang kekal kelak. Melalui dunia pula, seorang manusia menempuh ujian-ujian kehidupan. Kenapa pemenang ditentukan di garis finish bukan di garis start? Karena disitulah semuanya dipertaruhkan, bagaimana sebuah proses menjadi seorang pemenang dilalui. Berawal dari persiapannya untuk memulai petarungan kemudian berlanjut pada proses perjuangan untuk meraih apa yang dicita-citakannya. Terakhir, bagaimana akhir dari perjuangannya selama ini. Apakah ia akan lurus, belok atau berbalik arah? Ialah yang memegang kunci masa depannya.
Begitulah, analogi kehidupan seorang muslim. Bagaimana ia telah dipersiapkan oleh Alloh melalui perjuangan sebuah sel sperma yang senantiasa gigih menghadapi rintangan agar dapat bertemu dengan sel telur. Sehingga, terjadilah cikal bakal seorang manusia. Kemudian Alloh telah meminta kesaksiannya sebagai seorang muslim sebelum ruh ditiupkan kedalam jasadnya. Setiap kita telah mempunyai persiapan untuk menjadi seorang pemenang, hanya tinggal bagaimana masing-masing kita dapat melanjutkannya. Semua kembali kepada diri kita masing-masing. Pribadi yang berbeda dan unik. Keep moving.

Senin, 16 November 2009

Sebuah penyemangat

Andai da’wah ini bisa tegak dengan seorang diri, tak perlu Musa mengajak Harun, tak perlu pula Rasulullah mengajak Abu Bakar untuk menemaninya hijrah.....
Meskipun pengemban da’wah itu seorang alim, faqih dan memiliki azzam yang kuat, tetap saja ia manusia lemah dan akan selalu membutuhkan saudaranya, meskipun saudaranya itu memiliki keterbatasan. Jadi, jagalah ia dan jangan kau siakan saudaramu, karena ia sangat mahal harganya dan mungkin dia yang selalu mendoakanmu dalam setiap langkah-langkahmu.........

Terkadang Allah menghilangkan sekejap matahari, kemudian ia turunkan hujan, petir dan guntur, hingga kita menangis bahkan putus asa mencari dimana matahari itu. Namun setelah itu, rupanya Dia ingin menghadiahkan kita pelangi yang melintang penuh dari selatan ke utara..............
Janganlah pernah kecewa atau putus asa dengan masa yang telah lalu, tapi berjuanglah tuk masa yang akan datang karena yakinlah Allah kan memberikan kita yang terbaik menurut pilihan-Nya..............
Karena Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.................
==========================
=====================================
Biarlah Allah yang menyemangati kita sehingga tanpa sadar setiap peristiwa menjadi teguran atas kemalasan kita, cukuplah Allah yang memelihara ketekunan kita, karena perhatian manusia terkadang menghanyutkan keikhlasan, semoga Allah menjadikan kita pribadi yang bermakna, pribadi yang saat berbaur, ia mampu menyemangati yang lain dan saat sendiri ia mampu menguatkan dirinya sendiri.

Jangan menikah dengan angan

Kehidupan memiliki warna, bahkan beberapa warna.
Mari berlari, terbang, sebebas burung di angkasa, seringan kapas melaju di udara,
Karena hidup kan selalu indah kawan, dalam setiap bentuknya.
**

Dalam sebuah artikel yg pernah kubaca di sebuah majalah Shafina, ditulis, bahwa jangan pernah menikah dengan angan.

Maksudnya adalah, ketika kita menjalani ta’aruf (atau masa perkenalan dengan seseorang dalam rangka untuk menikah (cated ya fren, menikah bukan untuk tujuan sekedar kenalan, having fun dsb.. ^^), maka yang terbangun dalam angan kita bahwa, dia adalah sosok yang sempurna.

Rajin shalat, rajin shalat malam, rajin sedekah, ramah, pintar memasak, tidak pernah bĂȘte, ilmu agama yang memadai, dan segudang kelebihan lainnya yang pernah kita bayangkan.

Tapi (ternyata) saudara/i ku, jangan pernah menikah dengan angan.

Ketika memasuki kehidupan berumah tangga yang sesungguhnya, maka kita akan mendapati pasangan hidup kita jauh dari yang kita bayangkan.

Ternyata ia sosok yang kadang pemarah, sosok yang justru malas-malasan shalatnya jika tidak diingatkan, sosok yang sangat “ekonomis”, sosok yang bicaranya ketus, dsb.

Ya itulah pasangan hidup kita, yang sebelumnya kita impikan bak mr/miss perfect.

Seorang psikolog pernah mengatakan bahwa, semakin rendah ekspektasi (pengharapan ) kita terhadap seseorang, maka semakin kecil pula peluang kita untuk kecewa.

Semakin tinggi bayangan ideal kita tentang pasangan hidup, maka ketika menikah, yang didapati sebaliknya, maka semakin tinggi pula tingkat kekecewaan kita, yang tak jarang memicu konflik dalam rumah tangga.

Maka yang terbaik saat ini bagi anda yang tengah menjalani proses ta’aruf, atau masa perkenalan dengan calon pasangan, jangan meletakkan harapan terlalu tinggi padanya.

Jangan pula membingkai angan yang muluk tentang (calon) pasangan anda, bagaimanapun, jika seseorang itu yang Allah takdirkan untuk anda (setelah melalui proses istikharah, proses investigasi ^^), maka yakinlah, nikahi ia pula dengan segala kekurangannya.

Kekurangannya justru adalah ladang amal sholih anda untuk sama-sama saling melengkapi. Dan yakinlah bahwa Allah tahu yang terbaik untuk diri kita.

” Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"
(QS : Al-An’aam : 59)

Yakinlah semua telah diatur dengan sempurna oleh-Nya.

Sambil terus menjadikan diri kita yang terbaik kelak untuk pasangan hidup. Namun sekali lagi, jangan menikah dengan angan.

**

Ketika ku pintal hidup dengan benang kesabaran, ku tercengang dengan hasil dari sulaman indahnya,

Ketika ku taruh prasangka hidup ku pada-Nya, ku tercengang betapa Allah tak pernah salah dalam memilihkan takdirnya.

Berbahagialah menjalani pilihan-Nya. Karena bahtera itu (semoga) hanya akan berlayar sekali dalam samudera kehidupan nan luas. Semoga sampai pada lautan cinta-Nya..
Amiin.